KATA PENGANTAR
Puji
Syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Kualitas
Pendidikan Daerah Terpencil di Indonesia” dengan baik, walaupun terdapat
hambatan dalam penulisan ilmiah ini.
Saya
sangat berharap karya ilmiah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai kondisi kualitas pendidikan daerah terpencil di
Indonesia. Selain itu, saya berharap agar karya ilmiah ini dapat memberi hal
positif dalam kehidupan dan menginspirasi pembaca untuk mengembangkan
pendidikan di Indonesia.
Saya
menyadari dalam penulisan karya ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan.
oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk saya
selaku penulis untuk lebih baik lagi dalam penulisan karya ilmiah di masa
depan.
PENDAHULUAN
Wilayah
Indonesia terdiri atas ribuan pulau dan memiliki beragam suku bangsa dengan
kekayaan adat yang berbeda-beda. Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga
jika di kaitkan dengan pendidikan, hanya pendidikan di wilayah atau daerah yang
dapat di jangkau pemerintah pusat dan
pemerintah daerah sajalah yang di perhatikan, sedangkan pendidikan di
daerah-daerah terpencil terabaikan atau tidak mendapat perhatian. Hasilnya
masyarakat di daerah terpencil kurang atau bahkan tidak pernah merasakan bangku
pendidikan yang sempurna, selayaknya masyarakat yang tinggal di daerah
perkotaan, padahal peran pendidikan saat ini sangat berpengaruh terhadap
kualitas suatu negara.
Pendidikan adalah salah satu pemutus tali kemiskinan.
Pendapat itu sepertinya telah lama kita kenal. Akan tetapi sudahkah bangsa ini
membiarkan rakyatnya berpesta pora merayakan pendidikan? Sudahkah setiap warga
negara di negeri ini mengenyam pendidikan hingga ke jenjang yang paling tinggi?
Jawabannya; belum. Pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia yang diwacanakan
oleh pemerintah pun ternyata belum membuat semua lapisan masyarakat Indonesia
khususnya daerah perbatasan dan pedalaman belum menikmati pendidikan dengan
selayaknya. Contohnya di Pulau Kalimantan, Pulau Irian Jaya, Pulau NTB, Pulau
NTT, dan sebagainya. Program pendidikan sekolah gratis di Indonesia yang
diumbar para wakil rakyat ketika akan dipilih hanya omong kosong belaka.
Sekolah negeri yang oleh pemerintah ditujukan untuk menampung masyarakat miskin
agar dapat menempuh pendidikan ternyata lebih banyak diisi oleh masyarakat
kelas menegah atas. Masyarakat miskin terpaksa menyekolahkan anaknya ke Sekolah
swasta yang tentu saja memerlukan biaya pendidikan yang tidak sedikit.
Krisis global semakin membuat kehidupan yang sudah
sulit menjadi semakin rumit bahkan telah menjadi suatu dilema dan masalah
klasik yang tidak pernah kunjung selesai. Permasalahan yang kian nampak dan
semakin menjadi-jadi adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin di
Indonesia yang berdampak pada rendahnya tingkat pendidikan yang dapat dirasakan
oleh mereka.
BAB II
POKOK BAHASAN
A.
MASALAH
PENYEBAB RENDAHNYA PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL
1.
Biaya
Pendidikan
Penduduk
daerah terpencil biasanya telah membiasakan anak-anak mereka untuk bekerja
sejak usia dini, untuk membantu pekerjaan orang tuanya. Hal ini dikarenakan
keterbatasan materi yang mereka miliki, atau dengan kata lain karena perekonomian
keluarga di daerah yang sangat terbatas. Maka akan sulit menyarankan atau
membujuk para orang tua di daerah terpencil untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Apabila mereka memutuskan untuk menyekolahkan anak mereka, maka mereka akan
harus menyiapkan uang untuk membayar biaya sekolah. Padahal untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari saja sudah sulit, terlebih apabila anak mereka sekolah.
Hal tersebut akan menyebabkan pendapatan
mereka dalam sehari pun menjadi kurang. Oleh sebab itu, mereka enggan untuk menyekolahkan
anaknya di sekolah yang memiliki fasilitas yang memadai, karena sekolah yang
fasilitasnya memadai cenderung biaya sekolahnya mahal bagi mereka.
2.
Sarana
dan Prasarana yang kurang memadai
Menjalankan
proses pendidikan di daerah terpencil mungkin akan menjadi sulit baik bagi para
staff guru maupun murid, dikarenakan susahnya akses menuju sekolah. Ada
beberapa daerah yang apabila ke sekolah maka para siswanya harus menyeberangi
danau atau sungai terlebih dahulu, dan tidak ada kendaraan yang memfasilitasi
kebutuhan transportasi tersebut. Atau letak sekolah yang sangat terpencil
sehingga tidak banyak orang yang tahu jalan menuju ke sana.
Selain
itu, fasilitas pendukung belajar seperti buku-buku sumber dan sarana lain
seperti laboratorium dan arus listrik yang mendukung kegiatan pembelajaran
belum dimiliki oleh sekolah.
Masih terdapat kondisi
sekolah yang tidak layak dikarenakan dengan lantai tanah berdebu, plafon yang pecah,
bangku dan kursi yang miring ke kiri dan ke kanan khususnya di daerah
terpencil.
Anak-anak
yang bersekolah di daerah terpencil harus rela belajar dengan fasilitas yang
sangat minim dan keadaan yang tidak kondusif untuk belajar. Misalnya saja,
papan tulis yang digunakan masih blackboard yang masih menggunakan kapur. Itu
pun dengan keadaan papan yang sudah rusak atau persediaan kapur yang sangat
terbatas.
Sekolah-sekolah
tersebut biasanya belum memiliki laboratorium beserta peralatannya,
perpustakaan, dan fasilitas lain yang seharusnya dimiliki oleh sebuah sekolah.
Kamar mandinya pun dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Siswa jarang ada
yang memiliki buku dan alat tulis.
Kondisi seperti ini sebenarnya tidaklah layak untuk proses belajar-mengajar.
3.
Guru
yang kurang professional
Dalam
pendidikan, guru merupakan salah satu komponennya. Oleh sebab itu peran guru
sangat berpengaruh dalam kualitas pendidikan.
Berdasarkan
dari banyak pengalaman yang menyatakan bahwa Fakta yang ditemukan di lapangan
menunjukkan bahwa banyak para guru yang enggan mengajar di daerah terpencil
dengan beragam alasan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Berg (2006)
menemukan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan keengganan para guru untuk
mengajar di daerah terpencil adalah letak sekolah yang sulit dijangkau.
Selain
itu, minimnya fasilitas dan hiburan. Hal ini dikarenakan jauh dari pusat
keramaian, fasilitas tempat tinggal yang kurang memadai. Akibatnya banyak guru
yang merasa tidak nyaman dan mengajukan pindah ke sekolah yang berada di
perkotaan.
Saat
ini sulit mencari guru yang dengan sukarela mau mengajar di sekolah-sekolah di
daerah terpencil. Masalah utamanya adalah gaji yang jelas akan jauh lebih
rendah bila deibandingkan dengan mengajar di kota-kota besar. Faktor lainnya
adalah tempat tinggal, untuk mengajar di daerah terpencil, guru harus berangkat
pagi-pagi dari rumahnya atau cara terbaik adalah tinggal di daerah itu juga.
Hal ini jarang diminati oleh para guru, karena prosesnya akan mempersulit kahidupan
mereka tentunya. Meskipun banyak faktor yang menyebabkan merosotnya mutu
pendidikan, namun guru dapat dikatakan merupakan salah satu faktor penentu dan
berinteraksi langsung dengan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Masalah
lainnya, dedikasi yang mereka berikan tidak berangkat dari kompetensi dan spesifikasi
ilmu yang mereka miliki. Selain itu, guru-guru hanya berbuat sebatas apa yang
mereka tahu, tanpa mengikuti panduan yang berlaku umum. Dengan demikian
berdampak pada kualitas proses karena guru-guru belum memiliki spesifikasi
profesionalitas untuk jenjang pendidikan pada satuan itu.
4.
Alokasi
Anggaran rendah untuk pendidikan di daerah
Privatisasi
atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas
dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar
negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan
faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap
pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dalam APBN 2005 hanya 5,82%
yang dialokasikan untuk pendidikan. Sedangkan alokasi yang digunakan untuk membayar
hutang yaitu 25% dari APBN. Selain itu, di daerah-daerah, terutama
desa-desa/kampung-kampung miskin, pemerintah daerah harus mampu mendorong
terjadinya revolusi atau perubahan radikal dalam menangani dunia pendidikan
termasuk penyediaan anggaran 20% dari APBD seperti yang “dianjurkan” UUD 1945
yang telah diamandemen.
5.
Kurang
adanya perhatian dari pemerintah terhadap sekolah terpencil
Pemerintah
biasanya luput akan pendistribusian peralatan dan perlengkapan sekolah di
daerah-daerah terpencil, sehingga sekolah-sekolah di daerah terpencil sangat
sedikit, dan biasanya kondisinya pun sudah memprihatinkan.
Dalam
penerapan kurikulum 2013, Menurut pernyataan Kepala Sekolah dari salah satu
sekolah, yang menyatakan bahwa “Rencana penambahan jam belajar siswa di sekolah
mencerminkan bahwa Kemendikbud tidak melihat kondisi sekolah-sekolah di daerah
kecil ”. Selain itu, menambah jam pelajaran bukanlah solusi yang baik dan tepat
sebelum komponen-komponen dalam pendidikan diperbaiki.
B.
DAMPAK
DARI RENDAHNYA PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL
1.
Kualitas
sumber daya manusia menjadi rendah
Rendahnya
kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu dampak dari kondisi sekolah
yang tidak layak. Sumber daya manusia (SDM) merupakan potensi yang terkandung
dalam diri manusia untuk mewujudkan
perannya sebagai makhluk sosial. Selain itu, kualitas sumber daya manusia dapat
mencerminkan kualitas pendidikan dari negara tersebut. Apabila anak-anak sebagai
sumber daya manusia (SDM) yang sangat potensial tidak dikembangkan, maka
nantinya mereka akan menjadi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas rendah.
Selain itu, kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu tolak ukur
kemajuan sebuah Negara.
2.
Pendidikan
yang buruk
Selain
SDM yang rendah, kondisi sekolah yang tidak layak dapat berdampak pendidikan
yang buruk. Pendidikan yang buruk dapat dilihat dari kualitas SDM-nya. Hal ini
dipengaruhi oleh sistem pembelajaran yang tidak sesuai dengan standar yang ada.
Guru yang tidak profesional juga merupakan salah satu faktor ketidaksesuaian
pembelajaran. Pendidikan yang buruk dapat berakibat negeri kita kedepannya
makin terpuruk.
3.
Menurunkan
minat belajar siswa
Kondisi
sekolah yang tidak layak dapat membuat minat siswa turun. Mereka akan merasa
tidak nyaman dengan kondisi pembelajaran yang mereka ikuti. Fasilitas yang ada
di dalam sekolah yang tidak layak hanya seadanya. Dengan demikian, siswa akan
merasa enggan untuk ke sekolah. Selain itu, minat belajar dari siswa pun masih
tergolong rendah, dikarenakan belum pahamnya akan pentingnya sebuah pendidikan
untuk meningkatkan derajat hidup seseorang.
4.
Mutu
Pendidikan di Indonesia masih rendah
Dewasa
ini, biaya sekolah semakin mahal. Hal ini menyebabkan mutu pendidikan di
Indonesia yang masih rendah, karena sekolah-sekolah gratis yang terdapat di
daerah terpencil dan segala sesuatunya tidak dapat menunjang bangku
persekolahan, bahkan terdapat kalangan menengah keatas yang bersekolah di
sekolah gratis yang ditujukan kepada orang kalangan menengah kebawah. Selain
itu alokasi dana untuk pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Keadaan
tersebut memaksa sekolah yang berada di daerah terpencil hanya menggunakan
fasilitas yang ada. Fasilitas mereka yang tidak layak untuk pembelajaran
membuat proses pembelajaran terganggu, dan berakibat rendahnya mutu pendidikan
di sekolah tersebut.
C.
SOLUSI
UNTUK PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL
1.
Pendidikan
Harus Dijadikan Prioritas dalam Pembangunan Negara
Pendidikan
harus dijadikan prioritas dalam negara, karena dengan pendidikan akan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Apabila manusia yang ada memiliki
intelektual tinggi, mereka akan mudah bersaing dalam persaingan global. Dengan
demikian, negara kita tidak akan menjadi negara yang tertinggal. Sehingga
pembangunan negara akan semakin maju. Oleh sebab itu, perhatian pemerintah
terhadap pendidikan sangatlah diharapkan untuk kelancaran dalam penyediaan
sarana dan prasarana pembelajaran.
2.
Guru
yang profesional dan Merata
Untuk
mengatasi masalah guru dapat dilakukan beberapa cara antara lain:
1. Mengangkat Guru Honor (dilakukan dengan
dukungan dana BOS)
2. Mengangkat Guru Kontrak (program bank dunia
yang sudah ditiadakan)
3. Mengangkat Guru baru (tergantung kuota)
4. Mutasi berkala dan terbuka
5. Mutasi horisontal dan vertikal
6. Penugasan/pergerakan guru ke daerah/sekolah
yang kurang guru dari sekolah yang cukup guru (mobile teacher). Selain itu,
seharusnya pemerintah memberikan bantuan kesejahteraan bagi tenaga didik yang
bertugas di daerah terpencil agar mereka senantiasa dengan senang hati dan
ke-ikhlas-an dalam menjalankan pekerjaannya dan tidak merasa dibebani.
3.
Kurikulum
yang Tepat
Sebelum
menerapkan kurikulum yang baru, sebaiknya kurikulum yang sudah diterapkan,
diperbaiki terlebih dahulu dengan mekanisme dan proses yang di standarkan.
Dengan begitu, sekolah tersebut dapat memperbaiki kualitas pembelajarannya.
Jadi, walaupun sarana dan prasarana kurang memadai tetap menjadikan sekolah
tersebut berkualitas dalam pembelajarannya (materi).
4.
Memiliki
Sistem Administrasi dan Birokrasi yang Baik dan Tidak Berbelit-belit
Sistem
administrasi dan birokrasi yang baik dan tidak berbelit-belit yaitu anggaran
yang transparan dan biaya yang tidak membebankan bagi masyarakat menengah
kebawah. Hal ini sangat diharapkan agar semua kalangan dapat menikmati
pendidikan tanpa terbebani oleh biaya yang memberatkan bagi mereka (khususnya
menengah kebawah). Karena masalah utama dari pendidikan adalah dari sector
biaya.
5.
Kesadaran
Masyarakat
Masyarakat
dapat berperan serta dalam memperbaiki fasilitas yang ada, agar di daerah terpencil tetap memiliki
fasilitas yang layak. Sehingga siswa merasa nyaman dalam proses
belajar-mengajar. Walaupun dengan biaya yang minim, masyarakat dapat
bergotong-royong untuk memperbaiki fasilitas agar lebih baik. Selain itu,
dengan bergotong-royong dapat menumbuhkan rasa peduli dari masyarakat kepada
pendidikan di daerahnya.
6.
Pemerataan
Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), kata pemerataan berasal dari kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi
seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh
jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara, dan perbuatan
melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah
suatu proses, cara dan perbuatan
melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan
masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.
Selain
itu, Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan keempatan
belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam
usaha pemerataan pendidikan, diperlukan pengawasan yang serius oleh pemerintah.
Pengawasan tidak hanya dalam bidang anggaran pendidikan, tetapi juga dalam
bidang mutu, sarana dan prasarana pendidikan. Selain itu, perluasan kesempatan
belajar pada jenjang pendidikan tinggi merupakan kebijaksanaan yang penting
dalam usaha pemerataan pendidikan
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan
merupakan salah satu hal penting yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk
menunjang kehidupannya. Pendidikan juga merupakan sebuah bekal untuk memperoleh
dan memperkaya pengetahuan yang dimana akan meningkatkan sumber daya manusia
itu sendiri. Namun, realitas yang terjadi di Indonesia adalah rendahnya tingkat
pendidikan di sebagian daerah terpencil. Hal yang menyebabkan rendahnya tingkat
pendidikan di daerah terpencil adalah :
1. Kurangnya
Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan
2. Kurangnya
pemerataan pendidikan
3. Kurangnya
perhatian dari pemerintah terhadap pendidikan di daerah terpencil yang masih
memiliki akses yang sulit
4. Rendahnya
kesejahteraan guru
Hal – hal tersebut hanya dapat diatasi
dengan kerja sama antara pemerintah dengan seluruh masyarakat untuk
mengembangkan hal – hal yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, kualitas
pendidikan di didaerah tersebut, perubahan pola pikir terhadap pendidikan yang
dimana pendidikan masih dianggap kurang penting dalam kehidupan, dan memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat sehingga mereka dapat mengembangkan pendidikan
didaerah mereka.
B. SARAN
Era globalisasi
selalu menuntut adanya perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan nasional
untuk menjadi lebih baik sehingga mampu bersaing dalam segala bidang. Cara yang
dapat dilakukan bangsa Indonesia untuk menghadapi perkembangan dunia di era
globalisasi agar tidak semakin ketinggalan dari negara-negara lain adalah
dengan meningkatkan mutu dan kualitas pendidikannya terutama di daerah-daerah
terpencil. Peningkatan mutu dan kualitas
pendidikan di daerah terpencil tentunya harus ada kerja sama seluruh
lapisan masyarakat. Bagi pemerintah
pusat dan daerah harus memantau secara langsung bagaimana proses pembelajaran
yang terjadi di daerah-daerah terpencil dan memberikan anggaran untuk pembangunan dan melengkapi sarana dan
prasarana sekolah. Bagi masyarakat, teruslah mendukung upaya-upaya yang
dilakukan pemerintah untuk membangun pendidikan di daerah terpencil. Bagi para
pendidik, teruslah mendukung peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Dan bagi peserta didik, teruslah belajar untuk
meraih cita-cita dan membawa bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Dengan
demikian, mutu dan kualitas pendidikan akan terus meningkat. Meningkatnya mutu
dan kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin
baik dan mampu membawa bangsa Indonesia bersaing secara sehat dalam segala
bidang di dunia internasional.
Sumber :
·
http://news.okezone.com/read/2015/10/01/65/1224284/tantangan-pendidikan-di-daerah-terpencil
·
http://potret-online.com/index.php/news-flash/1385-potret-nasib-pendidikan-daerah-terpencil
·
https://oktean.wordpress.com/2012/05/19/pendidikan-layak-di-daerah-terpencil/
·
http://www.kompasiana.com/fhajar/pendidikan-di-daerah-terpencil_54f60122a33311c5028b482e
·
http://www.kaktusgenius.com/2013/11/nasib-pendidikan-di-daerah-terpencil.html