Minggu, 22 November 2015

KUALITAS PENDIDIKAN DAERAH TERPENCIL DI INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Kualitas Pendidikan Daerah Terpencil di Indonesia” dengan baik, walaupun terdapat hambatan dalam penulisan ilmiah ini.

Saya sangat berharap karya ilmiah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kondisi kualitas pendidikan daerah terpencil di Indonesia. Selain itu, saya berharap agar karya ilmiah ini dapat memberi hal positif dalam kehidupan dan menginspirasi pembaca untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia.

Saya menyadari dalam penulisan karya ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan. oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk saya selaku penulis untuk lebih baik lagi dalam penulisan karya ilmiah di masa depan.



BAB I
PENDAHULUAN

Wilayah Indonesia terdiri atas ribuan pulau dan memiliki beragam suku bangsa dengan kekayaan adat yang berbeda-beda. Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga jika di kaitkan dengan pendidikan, hanya pendidikan di wilayah atau daerah yang dapat di jangkau  pemerintah pusat dan pemerintah daerah sajalah yang di perhatikan, sedangkan pendidikan di daerah-daerah terpencil terabaikan atau tidak mendapat perhatian. Hasilnya masyarakat di daerah terpencil kurang atau bahkan tidak pernah merasakan bangku pendidikan yang sempurna, selayaknya masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, padahal peran pendidikan saat ini sangat berpengaruh terhadap kualitas suatu negara.
Pendidikan adalah salah satu pemutus tali kemiskinan. Pendapat itu sepertinya telah lama kita kenal. Akan tetapi sudahkah bangsa ini membiarkan rakyatnya berpesta pora merayakan pendidikan? Sudahkah setiap warga negara di negeri ini mengenyam pendidikan hingga ke jenjang yang paling tinggi? Jawabannya; belum. Pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia yang diwacanakan oleh pemerintah pun ternyata belum membuat semua lapisan masyarakat Indonesia khususnya daerah perbatasan dan pedalaman belum menikmati pendidikan dengan selayaknya. Contohnya di Pulau Kalimantan, Pulau Irian Jaya, Pulau NTB, Pulau NTT, dan sebagainya. Program pendidikan sekolah gratis di Indonesia yang diumbar para wakil rakyat ketika akan dipilih hanya omong kosong belaka. Sekolah negeri yang oleh pemerintah ditujukan untuk menampung masyarakat miskin agar dapat menempuh pendidikan ternyata lebih banyak diisi oleh masyarakat kelas menegah atas. Masyarakat miskin terpaksa menyekolahkan anaknya ke Sekolah swasta yang tentu saja memerlukan biaya pendidikan yang tidak sedikit.
Krisis global semakin membuat kehidupan yang sudah sulit menjadi semakin rumit bahkan telah menjadi suatu dilema dan masalah klasik yang tidak pernah kunjung selesai. Permasalahan yang kian nampak dan semakin menjadi-jadi adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia yang berdampak pada rendahnya tingkat pendidikan yang dapat dirasakan oleh mereka.

BAB II
POKOK BAHASAN

A.    MASALAH PENYEBAB RENDAHNYA PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL

1.   Biaya Pendidikan
Penduduk daerah terpencil biasanya telah membiasakan anak-anak mereka untuk bekerja sejak usia dini, untuk membantu pekerjaan orang tuanya. Hal ini dikarenakan keterbatasan materi yang mereka miliki, atau dengan kata lain karena perekonomian keluarga di daerah yang sangat terbatas. Maka akan sulit menyarankan atau membujuk para orang tua di daerah terpencil untuk menyekolahkan anak-anaknya. Apabila mereka memutuskan untuk menyekolahkan anak mereka, maka mereka akan harus menyiapkan uang untuk membayar biaya sekolah. Padahal untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja sudah sulit, terlebih apabila anak mereka sekolah. Hal tersebut akan  menyebabkan pendapatan mereka dalam sehari pun menjadi kurang. Oleh sebab itu, mereka enggan untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang memiliki fasilitas yang memadai, karena sekolah yang fasilitasnya memadai cenderung biaya sekolahnya mahal bagi mereka.

2.   Sarana dan Prasarana yang kurang memadai
Menjalankan proses pendidikan di daerah terpencil mungkin akan menjadi sulit baik bagi para staff guru maupun murid, dikarenakan susahnya akses menuju sekolah. Ada beberapa daerah yang apabila ke sekolah maka para siswanya harus menyeberangi danau atau sungai terlebih dahulu, dan tidak ada kendaraan yang memfasilitasi kebutuhan transportasi tersebut. Atau letak sekolah yang sangat terpencil sehingga tidak banyak orang yang tahu jalan menuju ke sana.

Selain itu, fasilitas pendukung belajar seperti buku-buku sumber dan sarana lain seperti laboratorium dan arus listrik yang mendukung kegiatan pembelajaran belum dimiliki oleh sekolah.
Masih terdapat kondisi sekolah yang tidak layak dikarenakan dengan lantai tanah berdebu, plafon yang pecah, bangku dan kursi yang miring ke kiri dan ke kanan khususnya di daerah terpencil.

Anak-anak yang bersekolah di daerah terpencil harus rela belajar dengan fasilitas yang sangat minim dan keadaan yang tidak kondusif untuk belajar. Misalnya saja, papan tulis yang digunakan masih blackboard yang masih menggunakan kapur. Itu pun dengan keadaan papan yang sudah rusak atau persediaan kapur yang sangat terbatas.

Sekolah-sekolah tersebut biasanya belum memiliki laboratorium beserta peralatannya, perpustakaan, dan fasilitas lain yang seharusnya dimiliki oleh sebuah sekolah. Kamar mandinya pun dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Siswa jarang ada yang memiliki buku dan  alat tulis. Kondisi seperti ini sebenarnya tidaklah layak untuk proses belajar-mengajar.

3.   Guru yang kurang professional
Dalam pendidikan, guru merupakan salah satu komponennya. Oleh sebab itu peran guru sangat berpengaruh dalam kualitas pendidikan.

Berdasarkan dari banyak pengalaman yang menyatakan bahwa Fakta yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa banyak para guru yang enggan mengajar di daerah terpencil dengan beragam alasan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Berg (2006) menemukan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan keengganan para guru untuk mengajar di daerah terpencil adalah letak sekolah yang sulit dijangkau.

Selain itu, minimnya fasilitas dan hiburan. Hal ini dikarenakan jauh dari pusat keramaian, fasilitas tempat tinggal yang kurang memadai. Akibatnya banyak guru yang merasa tidak nyaman dan mengajukan pindah ke sekolah yang berada di perkotaan.

Saat ini sulit mencari guru yang dengan sukarela mau mengajar di sekolah-sekolah di daerah terpencil. Masalah utamanya adalah gaji yang jelas akan jauh lebih rendah bila deibandingkan dengan mengajar di kota-kota besar. Faktor lainnya adalah tempat tinggal, untuk mengajar di daerah terpencil, guru harus berangkat pagi-pagi dari rumahnya atau cara terbaik adalah tinggal di daerah itu juga. Hal ini jarang diminati oleh para guru, karena prosesnya akan mempersulit kahidupan mereka tentunya. Meskipun banyak faktor yang menyebabkan merosotnya mutu pendidikan, namun guru dapat dikatakan merupakan salah satu faktor penentu dan berinteraksi langsung dengan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Masalah lainnya, dedikasi yang mereka berikan tidak berangkat dari kompetensi dan spesifikasi ilmu yang mereka miliki. Selain itu, guru-guru hanya berbuat sebatas apa yang mereka tahu, tanpa mengikuti panduan yang berlaku umum. Dengan demikian berdampak pada kualitas proses karena guru-guru belum memiliki spesifikasi profesionalitas untuk jenjang pendidikan pada satuan itu.

4.   Alokasi Anggaran rendah untuk pendidikan di daerah
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dalam APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Sedangkan alokasi yang digunakan untuk membayar hutang yaitu 25% dari APBN. Selain itu, di daerah-daerah, terutama desa-desa/kampung-kampung miskin, pemerintah daerah harus mampu mendorong terjadinya revolusi atau perubahan radikal dalam menangani dunia pendidikan termasuk penyediaan anggaran 20% dari APBD seperti yang “dianjurkan” UUD 1945 yang telah diamandemen.

5.   Kurang adanya perhatian dari pemerintah terhadap sekolah terpencil
Pemerintah biasanya luput akan pendistribusian peralatan dan perlengkapan sekolah di daerah-daerah terpencil, sehingga sekolah-sekolah di daerah terpencil sangat sedikit, dan biasanya kondisinya pun sudah memprihatinkan.

Dalam penerapan kurikulum 2013, Menurut pernyataan Kepala Sekolah dari salah satu sekolah, yang menyatakan bahwa “Rencana penambahan jam belajar siswa di sekolah mencerminkan bahwa Kemendikbud tidak melihat kondisi sekolah-sekolah di daerah kecil ”. Selain itu, menambah jam pelajaran bukanlah solusi yang baik dan tepat sebelum komponen-komponen dalam pendidikan diperbaiki.

B.     DAMPAK DARI RENDAHNYA PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL

1.   Kualitas sumber daya manusia menjadi rendah
Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu dampak dari kondisi sekolah yang tidak layak. Sumber daya manusia (SDM) merupakan potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk  mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial. Selain itu, kualitas sumber daya manusia dapat mencerminkan kualitas pendidikan dari negara tersebut. Apabila anak-anak sebagai sumber daya manusia (SDM) yang sangat potensial tidak dikembangkan, maka nantinya mereka akan menjadi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas rendah. Selain itu, kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu tolak ukur kemajuan sebuah Negara.
2.   Pendidikan yang buruk
Selain SDM yang rendah, kondisi sekolah yang tidak layak dapat berdampak pendidikan yang buruk. Pendidikan yang buruk dapat dilihat dari kualitas SDM-nya. Hal ini dipengaruhi oleh sistem pembelajaran yang tidak sesuai dengan standar yang ada. Guru yang tidak profesional juga merupakan salah satu faktor ketidaksesuaian pembelajaran. Pendidikan yang buruk dapat berakibat negeri kita kedepannya makin terpuruk.

3.   Menurunkan minat belajar siswa
Kondisi sekolah yang tidak layak dapat membuat minat siswa turun. Mereka akan merasa tidak nyaman dengan kondisi pembelajaran yang mereka ikuti. Fasilitas yang ada di dalam sekolah yang tidak layak hanya seadanya. Dengan demikian, siswa akan merasa enggan untuk ke sekolah. Selain itu, minat belajar dari siswa pun masih tergolong rendah, dikarenakan belum pahamnya akan pentingnya sebuah pendidikan untuk meningkatkan derajat hidup seseorang.

4.   Mutu Pendidikan di Indonesia masih rendah
Dewasa ini, biaya sekolah semakin mahal. Hal ini menyebabkan mutu pendidikan di Indonesia yang masih rendah, karena sekolah-sekolah gratis yang terdapat di daerah terpencil dan segala sesuatunya tidak dapat menunjang bangku persekolahan, bahkan terdapat kalangan menengah keatas yang bersekolah di sekolah gratis yang ditujukan kepada orang kalangan menengah kebawah. Selain itu alokasi dana untuk pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Keadaan tersebut memaksa sekolah yang berada di daerah terpencil hanya menggunakan fasilitas yang ada. Fasilitas mereka yang tidak layak untuk pembelajaran membuat proses pembelajaran terganggu, dan berakibat rendahnya mutu pendidikan di sekolah tersebut.



C.    SOLUSI UNTUK PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL

1.      Pendidikan Harus Dijadikan Prioritas dalam Pembangunan Negara
Pendidikan harus dijadikan prioritas dalam negara, karena dengan pendidikan akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Apabila manusia yang ada memiliki intelektual tinggi, mereka akan mudah bersaing dalam persaingan global. Dengan demikian, negara kita tidak akan menjadi negara yang tertinggal. Sehingga pembangunan negara akan semakin maju. Oleh sebab itu, perhatian pemerintah terhadap pendidikan sangatlah diharapkan untuk kelancaran dalam penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran.

2.      Guru yang profesional dan Merata
Untuk mengatasi masalah guru dapat dilakukan beberapa cara antara lain:
1.    Mengangkat Guru Honor (dilakukan dengan dukungan dana BOS)
2.    Mengangkat Guru Kontrak (program bank dunia yang sudah ditiadakan)
3.    Mengangkat Guru baru (tergantung kuota)
4.    Mutasi berkala dan terbuka
5.    Mutasi horisontal dan vertikal
6.    Penugasan/pergerakan guru ke daerah/sekolah yang kurang guru dari sekolah yang cukup guru (mobile teacher). Selain itu, seharusnya pemerintah memberikan bantuan kesejahteraan bagi tenaga didik yang bertugas di daerah terpencil agar mereka senantiasa dengan senang hati dan ke-ikhlas-an dalam menjalankan pekerjaannya dan tidak merasa dibebani.

3.      Kurikulum yang Tepat
Sebelum menerapkan kurikulum yang baru, sebaiknya kurikulum yang sudah diterapkan, diperbaiki terlebih dahulu dengan mekanisme dan proses yang di standarkan. Dengan begitu, sekolah tersebut dapat memperbaiki kualitas pembelajarannya. Jadi, walaupun sarana dan prasarana kurang memadai tetap menjadikan sekolah tersebut berkualitas dalam pembelajarannya (materi).

4.      Memiliki Sistem Administrasi dan Birokrasi yang Baik dan Tidak Berbelit-belit
Sistem administrasi dan birokrasi yang baik dan tidak berbelit-belit yaitu anggaran yang transparan dan biaya yang tidak membebankan bagi masyarakat menengah kebawah. Hal ini sangat diharapkan agar semua kalangan dapat menikmati pendidikan tanpa terbebani oleh biaya yang memberatkan bagi mereka (khususnya menengah kebawah). Karena masalah utama dari pendidikan adalah dari sector biaya.

5.      Kesadaran Masyarakat
Masyarakat dapat berperan serta dalam memperbaiki fasilitas yang  ada, agar di daerah terpencil tetap memiliki fasilitas yang layak. Sehingga siswa merasa nyaman dalam proses belajar-mengajar. Walaupun dengan biaya yang minim, masyarakat dapat bergotong-royong untuk memperbaiki fasilitas agar lebih baik. Selain itu, dengan bergotong-royong dapat menumbuhkan rasa peduli dari masyarakat kepada pendidikan di daerahnya.

6.      Pemerataan Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan berasal dari kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara, dan perbuatan melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah suatu  proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.

Selain itu, Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam usaha pemerataan pendidikan, diperlukan pengawasan yang serius oleh pemerintah. Pengawasan tidak hanya dalam bidang anggaran pendidikan, tetapi juga dalam bidang mutu, sarana dan prasarana pendidikan. Selain itu, perluasan kesempatan belajar pada jenjang pendidikan tinggi merupakan kebijaksanaan yang penting dalam usaha pemerataan pendidikan

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk menunjang kehidupannya. Pendidikan juga merupakan sebuah bekal untuk memperoleh dan memperkaya pengetahuan yang dimana akan meningkatkan sumber daya manusia itu sendiri. Namun, realitas yang terjadi di Indonesia adalah rendahnya tingkat pendidikan di sebagian daerah terpencil. Hal yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di daerah terpencil adalah :
1.      Kurangnya Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan
2.      Kurangnya pemerataan pendidikan
3.      Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap pendidikan di daerah terpencil yang masih memiliki akses yang sulit
4.      Rendahnya kesejahteraan guru
Hal – hal tersebut hanya dapat diatasi dengan kerja sama antara pemerintah dengan seluruh masyarakat untuk mengembangkan hal – hal yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, kualitas pendidikan di didaerah tersebut, perubahan pola pikir terhadap pendidikan yang dimana pendidikan masih dianggap kurang penting dalam kehidupan, dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat sehingga mereka dapat mengembangkan pendidikan didaerah mereka.
B.     SARAN

Era globalisasi selalu menuntut adanya perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan nasional untuk menjadi lebih baik sehingga mampu bersaing dalam segala bidang. Cara yang dapat dilakukan bangsa Indonesia untuk menghadapi perkembangan dunia di era globalisasi agar tidak semakin ketinggalan dari negara-negara lain adalah dengan meningkatkan mutu dan kualitas pendidikannya terutama di daerah-daerah terpencil. Peningkatan mutu dan kualitas  pendidikan di daerah terpencil tentunya harus ada kerja sama seluruh lapisan masyarakat. Bagi  pemerintah pusat dan daerah harus memantau secara langsung bagaimana proses pembelajaran yang terjadi di daerah-daerah terpencil dan memberikan anggaran untuk  pembangunan dan melengkapi sarana dan prasarana sekolah. Bagi masyarakat, teruslah mendukung upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk membangun pendidikan di daerah terpencil. Bagi para pendidik, teruslah mendukung peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Dan  bagi peserta didik, teruslah belajar untuk meraih cita-cita dan membawa bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Dengan demikian, mutu dan kualitas pendidikan akan terus meningkat. Meningkatnya mutu dan kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik dan mampu membawa bangsa Indonesia bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.

Sumber :
·         http://news.okezone.com/read/2015/10/01/65/1224284/tantangan-pendidikan-di-daerah-terpencil
·         http://potret-online.com/index.php/news-flash/1385-potret-nasib-pendidikan-daerah-terpencil
·         https://oktean.wordpress.com/2012/05/19/pendidikan-layak-di-daerah-terpencil/
·         http://www.kompasiana.com/fhajar/pendidikan-di-daerah-terpencil_54f60122a33311c5028b482e
·         http://www.kaktusgenius.com/2013/11/nasib-pendidikan-di-daerah-terpencil.html